ARV FDC TLD

Apa itu Dolutegravir
Dolutegravir (Tivicay) adalah obat ARV untuk pengobatan HIV dari kelas ‘integrase inhibitor’ dimana cara kerjanya adalah memblok enzim integrase HIV sehingga DNA virus tidak bisa di integrasikan dengan DNA sel CD4 kita. Penggunaan dolutegravir di setujui oleh FDA Amerika pada Agustus 2013.

Dolutegravir harus digunakan bersama kombinasi dengan obat ARV yang lain. Dipasaran dolutegravir sudah tersedia dalam bentuk obat tunggal atau kombinasi dengan obat lain seperti Triumeq (Dolutegravir+Abacvir+lamivudin), Juluca (dolutegravir+rivilpirine) dan Dovato (dolutegravir+lamivudin).

Apakah di indonesia sudah tersedia Dolutegravir?
Yes, di Indonesia sudah tersedia dolutegravir sekitar setahun yang lalu. Tersedia dalam dosis tunggal 50 mg atau berupa kombinasi bersama tenofovir dan lamivudin (FDC TLD). Pemerintah mealui BPOM sudah menjamin keamanan dan legalitas obat FDC TLD dengan merek dagang ‘Acriptega’ pada bulan September 2020 dan sudah di masukan ke dalam formularium Nasional (Fornas) sebagai obat program HIV tahun 2021.

Lalu apa sih kelebihan ‘Dolutegravir’ dibanding ARV lainnya

Dolutegravir terbuktii lebih cepat dalam menenkan jumlah virus HIV untuk pasien baru yang terbilang belum pernah terapi ARV maupun pasien lama yang memiliki permasalahan resistensi dengan ARV lain

  1. Memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan dengan ARV jenis lainnya
  2. Ukuran tabletnya cenderung kecil (dosisnya cuma 50 mg) sehingga mudah ditelan
  3. Dapat diminum sebelum atau sesudah makan
  4. Pengguna dolutegravir lebih rendah untuk mengalami gagal terapi ARV

Riset terbaru dual regimen berbasis Dolutegravir
Penelitian yang di lakukan oleh Conor Bowman, MD yang melibatkan 561 partisipan dimana 9 orang untuk pertama kalinya memakai dua regimen berbasis dolutegravir sedangkan sisanya mengganti tiga regimen menjadi dua regimen berbasis dolutegravir menunjukkan hasil bahwa ARV dua regimen berbasis dolutegravir mampu mempertahankan viral load hingga tidak terdeteksi untuk periode yang cukup lama.

Riset terbaru Dolutegravir tunggal mampu mengontrol virus HIV
Studi skala kecil yang di muat dalam jurnal ‘Clinical Infectious Diseases’ menyatakan bahwa monoterapi dolutegravir untuk orang yang baru terdeteksi awal HIV mampu menekan jumlah virus HIV. Namun studi ini masih mendapat banyak kontroversi oleh banyak ahli dimana dikhawatirkan akan lebih banyak memicu resistensi virus HIV.

Dampak penggunaan dolutegravir pada odhiv
FDC TLD (tenovofir/lamivudin/Dolutegravir) memang menjadi banyak perbincangan di komunitas odhiv. Dibandingkan dengan FDC TLE (tenovofir/lamivudin/Efavirenz) dari segi dosis TLD lebih rendah dibandingkan dengan TLE. Total berat TLD 650 mg (Tenofovir 300 mg/Lamivudin 300 mg/Dolutegravir 50 mg) sedangkan TLE 1200 mg (Tenofovir 300 mg/Lamivudin 300 mg/Efavirenz 600 mg) artinya konsumsi ARV setiap hari dengan TLD lebih sedikit dari segi jumlah dosis dibandingkan dengan TLE.

Kelebihan lain adalah seperti yang telah dijelskan diatas. Namun saat ini tidak semata-mata kita boleh pindah terapi ARV ke ARV yang berbasis dolutegravir. Pemberian ARV berbasis dolutegravir diutamakan untuk,

  1. Odhiv baru (orang yang baru terdeteksi HIV)
  2. Odhiv yang belum mengalami viral load hingga tidak terdeteksi walau mereka sudah lama menggunakan terapi ARV
  3. Odhiv yang masih merasakan efek samping ARV, contohnya odhiv yang menggunakan TLE dan masih mengalami pusing

Referesni
POz.com
Yankes.Kemkes.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *