Orang dengan HIV (odhiv) untuk bisa hidup sehat maka mereka wajib konsumsi obat ARV (Antiretroviral) setiap hari. Fungsi dari ARV ini adalah menghambat proses replikasi virus di dalam tubuh. ARV memblok enzim-enzim virus HIV yang di perlukan untuk memperbanyak diri di dalam sel imun manusia. Dengan di hambatnya proses ini maka jumlah virus HIV di dalam tubuh odhiv akan semakin menurun dan sistem kekebalan tubuh mereka bisa membaik kembali. Dengan demikian odhiv bisa hidup sehat tanpa khawatir timbul penyakit.
Nah, dua dekade dulu odhiv harus minum berbagai macam pil untuk bisa bertahan hidup. Namun sekamin berkembangnya penelitian tentang ARV maka jumlah pil ARV yang diminum mereka pun semakin sedikit jumlahnya. Secara SOP saat ini minimal terdapat tiga regimen ARV yang harus di minum oleh odhiv. Tiga regimen ini adalah tiga obat ARV yang bekerja memblok virus HIV dengan cara yang berbeda.
Penelitian saat ini menunjukkan perkembangan ARV yang sangat pesat, bahkan saat ini ada obat ARV lewat injeksi yang bisa diberikan kepada odhiv sebulan sekali. Banyaknya pil yang diminum odhiv sangat berpengaruh kepada psikologis odhiv itu sendiri. Diantaranya akan menimbulkan pertanyaan seperti ‘apa tidak bahaya konsumsi obat tiap hari?, ‘apa organ tubuh saya tetap berfungsi baik kedepannya?’ dan pertanyaan yang lainnya. Hal ini diduga menjadi salah satu pendorong terjadinya odhiv putus obat.
Terdapat penelitian baru yang dilakukan oleh Conor Bowman dkk yang menunjukkan bahwa dua regimen ARV tetap efektif untuk bisa menjaga viral load odhiv tidak terdeteksi sama halnya mereka mengkonsumsi tiga regimen ARV .
Kalau bisa 2 regimen ARV kenapa harus tiga regimen ARV ?
Bowman mengumpulkan 620 sukarelawan odhiv dimana mereka telah mengkonsumsi ARV dari Januari 2015 hingga Oktober 2021. Namun sayangnya hanya 561 orang yang masuk sasaran untuk dijadikan subyek penelitian, dimana 80% nya adalah laki-laki dengan median usia 54 tahun.
9 orang adalah odhiv yang pertama kali mengkonsumsi ARV dua regimen yang salah satunya berisi dolutegravir, sedangkan 552 sisanya melakukan pergantian (switch) dari tiga regimen ke dua regimen. Sebanyak 83,3% relawan menerima dolutegravir plus lamivudin, 13,4% menerima dolutegravir plus rivilpirine, dan 3,3% menerima dolutegravir dan emtricitabine.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 9 orang yang menerima dua regimen untuk pertama kali mereka terapi ARV semuanya mencapai supresi virus, sedangkan relawan yang melakukan pergantian dari tiga regimen ke dua regimen juga dapat menjaga viral load mereka tetap tersupresi. 62% viral load mereka berada di bawah 50 c/mL setelah mereka berganti ke dua regimen.
30 orang mengalami ‘blip’ viral load dimana banyak dialami oleh relawan yang mengkonsumsi dua rejimen yang terpisah dibandingkan dengan satu pil yang berisi dua regimen. Hanya 6 orang yang mengalami gagal viral load dimana viral loadnya diatas 200. Satu orang memiliki viral load tinggi disebabkan yang bersangkutan resisten terhadap ARV berjenis integrase. Pemakaian dua regimen ini secara umum sangat aman hanya 12,5% relawan berhenti mengkonsumsi disebabkan adanya efek samping.
“Secara umum dua regimen (salah satunya dolutegravir) sama efektifnya dengan pemakaian tiga regimen ARV,” ucap Bowman.
Dua regimen berbasis dolutegravir memiliki prospek baik kedepannya
Penelitian ini menghasilkan pemahaman baru bahwa pemakaian dua regimen berbasis dolutegravir memiliki hasil yang memuaskan sebagai terapi ARV seperti halnya tiga regimen yang dilakukan saat ini. Terima kasih atas penelitian ARV modern yang terus berkembang sehingga odhiv saat ini memiliki banyak pilihan ARV, sehingga mereka bisa hidup sehat layaknya orang yang tidak terinfeksi HIV.
Kita doakan yuk, agar pemakaian dua rejimen berbasis dolutegravir bisa segera di aplikasikan di seluwuh dunia sehingga kita tidak perlu lagi konsumsi tiga regimen.
Ref : https://journals.lww.co