Banyak studi ilmiah yang menunjukkan bahwa orang dengan HIV (odhiv) mengalami tingkat gangguan mental yang lebih tinggi di bandingkan dengan populasi umum. Riset-riset ini telah dilakukan dengan melibatkan berbagai golongan dari odhiv seperti kalangan remaja yang tertulas HIV dari ibunya, orang yang beresiko terkana HIV, laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki (LSL), pengguna jarum suntik, atau golongan yang lainnya.
Sebagai contoh di Amerika saja studi yang melibatkan 2800 odhiv menghasilkan 36% odhiv mengalami depresi mayor, dan 15,8% mengalami gangguan kecemasn dibandingkan dengan populasi umum yang hanya 6.7% dan 2%. Sedangkan di Ontaro riset yang melibatkan data dari rekam media elektronik mengindikasikan bahwa 41% odhiv memiliki gangguan kesehatan mental di bandingkan dengan 22% orang dewasa yang tidak terinfeksi HIV.
Data lain di India yang melibatkan oodhiv ternyata menghasilkan 59% odhiv menunjukkan gejala depresi mayor dan di gand 14% dari 1099 odhiv yang sudah menjalani terapi ARV ternyata mengalami depresi mayor. Untuk di Afrika Selatan mereka mendapatkan bahwa 26-38% odhiv di estimasikan memiliki ganggan kesehatan mental di bandingkan dengan 13% pplasi umum dan terakhir di China mereka menemkan prevelansi gejala depresii di 61% ditemukan pada orang dengan HIV.
Meskipun depresi mayor adalah hal yang paling umum gangguan kesehatan mental yang di temukan pada odhiv ternyata gangguan posttraumatic stress disorder (PTSD) juga mengalami kenaikan jika kita bandingkan dengan populasi umum yaitu berkisar antara 10-74% dibandingkan hanya 8% pada popuulasi umum di Amerika Serikat.
Bagi teman-teman dengan HIV (odhiv) yang saat ini dirasa memiliki gejala gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan, depresi, atau stress atau merasa ada yang tidak beres dengan jiwanya disarankan segera konsultasi ke layanan tempat teman-teman mengambil ARV. Dokter VCT Anda mungkin nantinya akan merujuk ke PSikolog atau jika diperlukan akan di konsulkan ke poli kesehatan Jiwa.
Jangan takut atau merasa malu jika dirujuk ke Psikolog ataupun poli kesehatan jiwa. Kita datang ke Psikolog atau dokter spesialis jiwa bukan berarti kita gila tapi kita memang membutuhkan pertolongan untuk kesehatan jiwa kita. Siapa yang mengetahui kita membutuhkan pertolongan selain diri kita sendiri bukan ?
Referensi :
Journal AIDS 15 Juli 2019 DOI: 10.1097/QAD.0000000000002227