Berbahagialah orang dengan HIV positif di Indonesia sebab sampai saat ini pemerintah kita sudah menyediakan obat ARV yang sangat beraneka ragam. Sebelumnya ARV yang tersedia di negara kita dapat digolongkan dalam kategori NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) contohnya Zidovudin, Lamivudin, Abacavir, Tenofovir, Didanosine dan Emtricitabine, NNRTI (Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) seperti Evafirenz, Nevirapin dan Rilpivirin , serta PI (Protease Inhibitor) yaitu Lopinavir/Ritonavir. Nah, kini pemerintah melalui Kementrian Kesehatan menyediakan golongan Integrase Inhibitor yaitu Dolutegravir.
Dolutegravir hadir dengan merk dagang Tivicay dari ViiV Healthcare telah disetujui digunakan sebagai salah satu bagian terapi untuk orang dengan HIV oleh FDA sejak Agustus 2013.
Cara Kerja Dolutegravir
Dolutegravir bekerja dengan menghambat integrase. Integrase adalah enzim yang di butuhkan oleh virus HIV untuk dapat menyisipkan DNA virusnya ke dalam DNA sel T CD4. Disebabkan enzim ini di blok mekanisme kerjanya oleh dolutegravis maka virus HIV yang telah menginfeksi sel CD4 tidak dapat menggandakan diri didalam sel tersebut.
Berapakah Dosis Dolutegravir?
Dolutegravir 50mg sekali sehari untuk pasien dewasa dan remaja diatas 12 tahun keatas dengan berat badan minimal 40 Kg yang sebelumnya belum pernah memakai ARV atau sudah pernah memakai ARV selain jenis penghambat integrase.
Dolutegravir 50mg dua kali sehari untuk pasien yang sudah pernah memakai ARV jenis penghambat integrase atau diduga memiliki resistensi terhadap penghambat integrase lainnya.
Dolutegravir 50mg dua kali sehari untuk pasien yang menggunakan obat-obat berikut tanpa mempertimbangkan paparan terhadap penghambat integrase sebelumnya yaitu Efavirenz, Rifampin, fosamprenavir/ritonavir, tipranavir/ritonavir.
Dolutegravir dapat dikonsumi sebelum makan atau sesudah makan.
Ketersediaan Dolutegravir di Indonesia
Di Indonesia Dolutegravir tersedia dalam dosis tunggal yaitu tablet 50mg (gambar atas) serta dalam bentuk tablet kombinasi tetap atau dikenal dengan istilah FDC TLD yang komposisinya terdiri dari tenofovir 300mg, lamivudin 300mg dan dolutegravir 50mg (gambar bawah).
Bagaimana Dengan Efek Samping?
Efek samping umum termasuk gangguan tidur, sakit kepala, dan rasa lelah. Jika di bandingkan dengan pemakaian ARV Evafirenz dan Pi maka pemakaian dolutegravir jarang ditemukan penggantian pemakaian yang disebabkan oleh efek samping.
Siapa Target Pemakai Dolutegravir?
Saat ini dolutegravir di khususkan untuk orang dengan HIV yang baru dideteksi atau orang positif HIV yang viral loadnya tidak terdeteksi ataupun orang yang sudah memakai ARV namun dirasa masih merasakan efek sampingnya. Perlu diingat lagi adalah TemanSehati terlebih dahulu harus konsultasi ke dokter di layanan VCT dahulu ya sebelum mengkonsumsi dolutegravir. Mintalah informasi ke layanan tempat TemanSehati mengambil ARV terkait ketersediaan obat ini dilayanan teman-teman.
Referensi
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/87/mengenal-dolutegravir-obat-antiretroviral-yang-menjadi-pilihan-utama-pengobatan-pasien-hiv-saat-ini
https://www.poz.com/drug/tivicay#search-query=dolutegravir